Budaya yang Melembaga...
Muara Bungo, baru-baru ini terlihat seolah akan melepas pakaiannya yang selama ini menutupi kegiatan dalam, oknum tertentu, ini terkait dengan penerimaan CPNS. Sudah menjadi sesuatu yang biasa, bahkan terkadang, tema “ngerumpi” antar tetangga, yang dilemparkan dalam bentuk pertanyaan, “Berapa kemaren dana agar lulus?”. Disini ada keganjilan publik yang harus masuk bengkel sosial.
Bupati Bungo menegaskan, bahwa akan menindak calo yang berupaya untuk menjebolkan CPNS dengan syarat membayar uang tunai. Ini bukanlah solusi yang tepat untuk menghancurkan budaya kotor selama ini berlaku di kalangan pemerintah daerah. Pernyataan tersebut hanya untuk membebaskan diri agar tidak terlibat. Jika memang benar demikian, kenapa tidak dari dahulu dinyatakan dalam bentuk UU sebagai tindak lanjut secara hukum mengenai suap-menyuap?, ini lebih bisa dipercaya dibanding hanya sebuah pernyataan yang bisa kapan saja menyesuaikan diri dengan lingkungan. Sebagai bahan pelajaran, negara China sebelum melantik para penjabat, mereka telah disiapkan peti mati, sebagai tanda hukum yang akan diberlakukan kepada siapapun yang bersalah, termasuk yang merumuskan hukum itu sendiri.
Idealnya, yang menyuap dan disuap, kedua-duanya berhak mendapat hukuman, juga bagi siapapun yang terlibat, tanpa pandang bulu. Rasulullah menyatakan dengan tegas, “ yang menyuap dan disuap keduanya di dalam neraka”, ini artinya kedua pelaku dinilai bersalah.
Banyak masyarakat bawah yang menempuh jalan ini ketika anaknya akan mengikuti tes penerimaan CPNS, karena opini yang berkembang di “masyarakat” penyuap, bahwa memang hal ini benar-benar menjanjikan, banyak yang telah menjadi PNS langsung menceritakan dan terbukti. Sebut saja Desi, telah menjual mobilnya dan meyerahkan uang puluhan juta, agar bisa menjadi PNS. Jika diteliti dengan baik, tidak mungkin calo bisa menjebolkan korbannya tanpa kerja sama yang baik dengan banyak pihak dari dalam.
Sebagai dampak ini semua, Muara Bungo khususnya selalu jalan di tempat. Professionalisme tidak diperhitungkan. Rohani umat keropos, tidak ada pancaran ilahi yang memproteksi kinerja para pemegang amanah. Namun yang pasti waktu akan merevolusi semua sistem, kebenaran pasti akan muncul.
Ditulis oleh : Abdurrahman Yusak