Faidza Faraghta Fanshab

“Wujuduhu ka adamihi”, kalimat ini sangat cocok di tujukan kepada yang menjalani kehidupan tanpa gerak. Di laut, hanya ikan mati saja yang tidak bisa menuju tempat yang ia inginkan.

Seperti petikan kaidah tauhid yang ada pada ilmu mantiq “alam itu, berubah-ubah”. Dulu balita , beranjak ke kanak-kanak, sekarang dewasa, besoknya keriput dan akhirnya “transit” di alam barzah sebelum menuju kampung ahkirat. Kita selalu pindah posisi dan keadaan, begitulah seterusnya. Agar tidak termasuk pada golongan yang di sebutkan tadi yaitu “wujuduhu ka adamihi “, spesifiknya, sebagai seorang muslim sejati, gerak dan langkah kita mesti tidak terhenti dan harus terus berjalan dalam memberikan kontribusi terhadap islam lewat syaria’t dakwah berikut media-medianya yang komplit. Rasulullah Saw sendiri, begitu tangkas dalam segala hal guna menjalankan misi , sewaktu masih muda dan belum di angkat menjadi Nabi, beliau pernah ikut dalam sebuah gerakan dakwah yang di beri nama “hilful fudhul” gerakan ini diadakan guna menolong kaum lemah yang ditindas, Kejelian berfikir dan ketangkasan beliau dalam menggunakan segala momen dalam berdakwah, serta memilih pemuda dan orang-orang yang mau ikut barisan sebagai fasilitas, adalah merupakan pelajaran penting bagi kita untuk bisa berfikir lebih jauh kedepan dalam mengembangkan konsep dakwah ala Rasulullah, namun tidak merubah kaidah dasar dalam ketauhidan, sebuah kalimat yang terucap indah dari beliau “ Demi Allah jika seandainya hilfil fidul itu muncul setelah saya menjadi Nabi, maka saya juga akan ikut bergabung”. Dari sini kita di minta untuk mempertajam skill dalam menganalisa kata yang terucap dari Nabi Saw, bahwa jika ada umat Islam yang berfikir agak melebar dari apa yang telah dirintis oleh rasulullah, namun bernilai positif untuk islam maka yakinlah beliau bersama kita, hal ini merupakan jalur yang telah di siapkan, dengan adanya pintu masuk menuju ijtihad.
Muslim yang produktif dialah termasuk salah satu komposisi umat yang terbaik, (kuntum khoiro ummah…) selalu berbuat untuk kepentingan diri yang bersifat uhkrawi namun tidak lupa, juga buat saudara-saudara seimanya, kewajiban diri terhadap Allah ia tunaikan, kewajiban diri terhadap orang lain tidak ia lupakan, kepada pemimpin ia taat atas dasar perintah Allah Swt, sehingga waktu yang ada, tidak di lewati dengan sia-sia karena amat berharga, detik waktu terasa bagai detak jantung, waspada akan semakin singkatnya jatah hidup di atas dunia ini.
“fa Idza Faragta Fanshab”(Q.S.A-Insyirah:7). maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Adapun maksud dari pada ayat tersebut adalah, jika engkau Muhammad telah selesai dari urusan dunia, maka lanjutkan dengan ibadah, lakukan dengan khidmat dan khusyu’, dan luruskan niatmu dalam mengharap kepada tuhan. (Ibnu Katsir.jilid 8.hal 403). Sedangkan Ibnu Masu’d memberikan makna agak sedikit berbeda, yaitu, “jika engkau (Muhammad) telah menyelesaikan ibadah yang wajib, maka laksanakanlah sholat malam”. Adapun menurut sebahagian Ulama ada juga yang mengatakan : ”jika engkau (Muhammad) telah selesai bedakwah, maka tunaikanlah ibadah” .
Adalah merupakan sesuatu hal yang terpuji jika seorang muslim, selalu inovatif mencari kesibukan yang bermanfaat guna meningkatkan kwalitas pribadi dan umat apalagi sesuatu yang behubungan dengan agama atau ibadah, ini menandakan, bahwa daftar kegiatan yang tersedia berjalan sesuai planing awal, sehingga lebih leluasa untuk berfikir dan mencari kesibukan positif lain.
Ditulis oleh : Abdurrahman Yusak

Posted by Situs Bungo on 06.20. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

0 komentar for “Faidza Faraghta Fanshab”

Leave comment

Recent Entries

Recent Comments

Photo Gallery