Inspirasi Surat Al Maidah : 51

Hatiku menuntut jari, seolah berkata, tulis! Ayo…tulis!! agar apa yang menjadi buah fikiran di otakmu menjadi ringan. Pada kesempatan kali ini, penulis berupaya sekuat tenaga untuk menumpahkan apa yang selama ini menjadi fikiran. Berkenaan dengan PKS yang menerima pendukung dan caleg dari non muslim. Sebelumnya, penulis mohon maaf kepada keluarga besar PKS di manapun berada, tulisan ini bukanlah terjemahan dari kebencian, sebab penulis sampai saat ini, masih sebagai kader PKS. Ini hanya coretan pribadi, dengan harapan jika sepaham alhamduliah. Dan jika tidak, juga tidak apa-apa.
Tulisan ini muncul, karena Islam menjunjung tinggi perbedaan pendapat, seperti yang selama ini kita fahami betul.

Secara pribadi penulis selalu melihat dengan kacamata objektiv ideologi manapun, dalam kelompok Islam. Kalau ada yang mengira penulis dari HTI, mungkin benar, atau dari FPI, bisa jadi betul, atau salafi, dengan senang hati ,atau Jama’ah tabligh boleh-boleh saja, apalagi PKS. Tapi kalau Ahmadiyyah tentu tidak, sebab akidah mereka sudah berbeda dengan kita. Penulis katakan tadi, “mungkin benar”, “bisa jadi betul” sebab manusia terkadang sering salah dalam memilih jalan. Ini mesti diakui, karena manusia bukan malaikat, manusia bukan Tuhan. Asal kata manusia terambil dari bahasa arab “nasiya” yang berarti lupa. Kesilapan yang tentu harus diperbaiki dengan bengkel syaria’t.
Oleh karena itu, dalam bermoderat-ria penulis lebih cenderung melirik kepada nash syari’, tanpa ada pertimbangan kondisi. Mungkin bisa jadi pertimbangan kondisi sebagai landasan dasar, tapi tetap sesuai jalur nash syar’i.

Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Musa Al-Asy’ari ra. bahwa dia berkata, “Saya mengatakan kepada Umar ra. bahwa saya punya seorang sekretaris beragama Nasrani. Mendengar itu Umar berkata,’ Mengapa kah Anda? Maukah Anda dimurkai oleh Allah? TIdakkah Anda dengar bahwa Allah berfirman,

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai wali-walimu. Sebagian mereka adalah wali bagi yang lain.” (Al-Maidah : 51)

Mengapa Anda tidak mengangkat orang yang hanif saja?”
Saya menjawab, ’Ya Amirul Mukiminin, untukku tulisannya,dan baginya agamanya.’ Beliau berkata, ’Saya tidak akan menghormati mereka jika Allah telah menghinakan mereka, saya tidak akan memuliakan mereka jika Allah merendahkan mereka, dan saya tidak akan mendekat kepada mereka jika Allah menjauhkan mereka.” (Al_Baihaqi menyebutkannya dalam As-sunan Al-Kubra, 10/127, Kitab Adab Al-Qadhi.

Banyak lagi dalil lain yang ditulis oleh ulama kontemporer, mengenai keharaman menjadikan non muslim sebagai wali, namun sengaja tidak dicantumkan disini, karena pendapat mereka diolesi argumentasi untuk melirik kelompok.

Salah satu faktor, yang menjadikan kapala ini terganjal oleh sebuah tanda tanya besar adalah, kalimat berikut:

“Nasionalisme adalah bagian dari Islam, jadi kalau kita menggunakan azas Islam sebagai identitas partai bukan berarti tidak nasionalis,” tandas Luthfi Hasan Ishaaq di Jakarta, Senin (21/6).

Padahal Rasulullah mati-matian memperjuangkan Islam, bukan negara. Allah tidak menilai seseorang dari warna kulit, atau yang lainnya, tapi amal hati, akidah, keimanan yang hakiki, yang mengikrarkan ketauhidan.

Berikut ini, juga yang menjadikan penulis ragu untuk bisa menerimanya, yaitu, “Menanggapi isu di media massa dan di masyarakat sehubungan Mukernas PKS di Bali, maka PKS perlu memberikan BAYAN (PENJELASAN) sebagai berikut” :

4. Mengenai Caleg dan Pengurus Non Muslim
Setiap warga negara dapat menjadi Caleg (calon legislatif) atau Pengurus PKS dengan memenuhi persyaratan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh ketentuan dan aturan resmi PKS.
PKS sebagai partai Dakwah, sangat menghormati keberagaman, berbagai macam ras, suku dan agama, mengajak seluruh pihak dan komponen bangsa untuk bersama-sama bersinergi untuk Pembangunan Bangsa ini.

Untuk menghormati keberagaman, berbagai macam ras, suku dan agama, dan bersama-sama bersinergi untuk Pembangunan Bangsa ini, tidak mesti diterjemahkan melalui perekrutan Caleg dan Pengurus Non Muslim. Dan point ini sudah menjurus kepada nasionalisme dengan tanpa aroma syaria’t.
Sebagai penutup, sekali lagi penulis tegaskan, tulisan ini hanya sebatas coretan pribadi yang bernuansa dakwah, sehingga harus diketahuii khalayak umat islam. Prinsip yang penulis pegang adalah objektivitas. Jika sependapat dengan tulisan ini, alhamdulilah, dan jika tidak mohon jaga tali persaudaraan, ingat nilai perbedaan. Dan jika anda ingin penulis bisa menerima mengenai caleg dan pengurus non muslim, silahkan kirim tulisan pribadi anda via FB, dengan argument yang jelas, objektiv dan lengkapi dengan bumbu syaria’t.

Ditulis oleh : Abdurrahman Yusak

Posted by Situs Bungo on 21.52. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

0 komentar for “Inspirasi Surat Al Maidah : 51”

Leave comment

Recent Entries

Recent Comments

Photo Gallery