Suara Rakyat Untuk HBA-Fachrori...
Masyarakat Jambi telah memberikan sebuah berita penting kepada dunia bahwa kami benar-benar menaruh harapan baru kepada pemimpin yang kami pilih. Dengan perolehan suara terbanyak bagi calon HBA-Fachrori yang mengindikasikan kemenangan absolut, maka tidak diragukan lagi bahwa pemimpin terpilih benar-benar harus memahami bahwa masyarakat Jambi menginginkan perubahan besar. Perubahan yang tidak hanya fatamorgana dari mimpi-mimpi kecil yang malah membuat jiwa publik Jambi cukup merasa puas dengan sekedar kebutuhan perut.
Pada tanggal 19 juni 2010 masyarakat Jambi menyatakan sikap dan ekspresi politiknya, berasaskan sunnah Rasulullah yang mengajarkan “Apabila tiga orang di antara kamu melakukan sebuah perjalanan maka hendaklah salah seorang di antaranya diangkat menjadi pemimpin”. Maka bagaimana dengan jumlah masyarakat Jambi yang populasinya lebih dari 2,5 juta itu ?. Masyarakat sadar betapa pentingnya figur pemimpin yang bisa mengerti harapan rakyatnya, mengerti kebutuhan mereka, pemimpin yang mampu mengayomi seluruh rakyatnya tanpa pandang bulu. Bukan malah membuat masyarakat menjadi beringas atas ketidakadilan seorang pemimpin. Yang miskin terhinakan dan yang bodoh malah menjadi lahan untuk diperbodohi.
Hati saya terasa teriris ketika seorang pemimpin menutup mata terhadap rintihan masyarakat di sebuah kampung yang lebih condong kepada calon lain. Mereka dikucilkan tak dianggap bagian dari rakyatnya. Seolah-olah mereka adalah musuh, tidak dihiraukan. Seakan-akan harapan meraka untuk sama-sama menikamati kemajuan telah sirna. Kalau memang demikian apakah pantas disebut sebagai pemimpin yang baik dan benar ?. Masyarakat telah berusaha menentukan pemimpin terbaik, meraka telah menjalankan amanah demokrasi yang kita junjung tinggi.
Dalam konteks ini kita melihat ada kecondongan para ilmuan politik dan sosiolog dalam merespon kegagalan sebuah negeri. Sebagian mereka menganggap, bahwa nasib sebuah negeri ada di tangan seorang pemimpin. Dan sebagian lagi berpendapat sebaliknya, kebobrokan rakyatlah yang menjadi pokok permasalahan. Tetapi pada hakikatnya hubungan antara pemimpin dan rakyat adalah hubungan sinonim politik idiomatis, dengan kata lain hubungan keduanya sebuah wujud dari dinamika politik yang saling memberi pengaruh satu dengan lainya. Ini adalah hubungan interaksi ganda. Hubungan timbal balik. Interaksi itulah yang mempengaruhi baik atau buruk bagi kedua unsur tersebut. Semua tanggung jawab ada pada keduanya.
Sekarang rakyat telah memilih dan menentukan. Masyarakat dengan ril menaruh harapan besar kepada Gubernur terpilih. Jadi kepada HBA-Fachrori, mau anda jadikan apa harapan rakyat ini ?.
Sebagai bahan renungan bagi seorang insan, yang mendapat amanah berupa tanggung jawab umat, bahwa segala sesuatu selain Allah ada batas dan umur.
Saya masih teringat komentar HBA dalam debat CAGUB di metro tv tanggal 15 juni 2010 dengan fasih mengutip sebuah hadits Rasulullah SAW. “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya”. Saya rasa HBA sudah tau betul makna yang terkandung di dalam hadits itu. Dan sekarang semua tergantung kepada HBA dan jajarannya mau dibawa kemana negeri melayu ini ? dan apakah janji-janji yang disampaikan hanya sebatas isapan jempol yang tak ada artinya ?. Zaman bagaikan aliran air, yang tak kenal kata mundur. Sebuah kerugian jika masa kepemimpinannya tidak jauh beda dengan masa pemimpin sebelumnya. Apalagi sempat lebih buruk, itu adalah celaka. Kita berlindung kepada Allah Swt dari yang demikian.
Di dalam tulisan ini ada beberapa hal yang perlu saya garis bawahi. Pertama, Tidak banyak pemimpin menggunakan kesempatan itu sebagai momen memperbanyak amal jariah. Rata-rata orientasinya materi. Tetapi jika keadilan asas di balik kekuasan itu, maka ada payung Allah Swt yang akan menaunginya di akhirat nanti.
Kedua, Masih banyak orang-orang di pelosok negeri menangis, kadang jengkel terhadap pemimpin yang tak mau peduli dengan nasib meraka. Yang hanya tau orang-orang atau golongan atau kelompok atau sanak famili terdekat saja.
Ketiga, tidak perlulah sekarang kita menuntut tegaknya khilafah atau hukum Islam, karena ketahuilah bahwa rakyat hanya ingin agar akhlak dan moral anak-anak meraka mendapat perhatian. Dan meraka mengaharapkan perhatian kepada daerah kabupaten sama halnya dengan perhatian terhadap ibu kota provinsi. Hormat kepada orang miskin sama halnya dengan hormat kepada orang kaya.
Keempat, Rakyat mengidam-idamkan tagaknya keadilan di negeri ini. Menghormati dan menghargai hukum. Rakyat tidak mau melihat hukum akan berlaku kepada mereka yang tidak punya uang atau materi. Jika benar-benar diperjuangkan, maka insya Allah rakyat akan siap mebuka hati meraka untuk mencurahkan rasa cinta dan hormat kepada pemimpin mereka.
Kelima, rata-rata rakyat tidak tahu bukan berarti tidak mau tahu tentang apa yang direncanakan dan kerjakan bersama rekan-rekan dibalik jabatan kepemimpinan yang diperoleh. Karena rakyat sudah menyerahkan semuanya kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Dan do’a rakyat yang dizhalimi sama sekali tak ada dinding pembatas untuk Allah Swt ijabahkan.
Apakah semua itu ada artinya bagi pemimpin yang orientasinya hanya materi yang melupakan janji-janji yang telah diucapakan ?. Untuk saat ini hanya do’a yang bisa dipanjatkan oleh rakyat untuk HBA-Fachrori semoga pemimpin yang meraka pilih benar-benar pemimpin yang bisa memegang amanah rakyat dan takut hanya kepada Allah Swt. Wallahua’alam.
Rabea el-adawea Nasr City Cairo 04 Juli 2010
Penulis : Ahsanul Husna Lc (Mahasiswa pasca sarjana, saat ini sedang melanjutkan program S2)