Revolusi Sistem, Lewat Pintu Perbaikan yang Islami.
Bepisah bukannyo becerai”, mungkin inilah istilah yang tepat yang bagi Kabupaten Bungo dan Tebo. Pada bulan oktober 1965 dinyatakan sebagai hari jadi Kabupaten Muara Bungo Tebo, yang yang lebih kita kenal dahulunya dengan sigkatan BUTE.
Seiring dengan berjalannya waktu melalui Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 Kabupaten Bungo Tebo dimekarkan menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo.
Selama usia mandirinya, Kabupaten Bungo telah banyak mengalami kemajuan, baik itu dalam pembangunan, kesejahteraan, kesehatan dan juga pendidikan dan lain-lain. Hal yang paling diakui di antara kemajuan tersebut adalah, bidang pembangunan. Mungkin setiap kita mengatakan bahwa daerah yang memiliki visi “Kabupaten Bungo Maju dan Sejahtera Bersama” ini, telah dikatakan berhasil dalam pencapaianya. Tidak sedikit pula orang yang menilai bahwa Muara Bungo perlu perubahan yang amat mendasar, mengingat begitu banyaknya tindakan-tindakan yang menyalahi norma hukum dan tentu saja, dipandang tidak baik oleh Agama. Dengan ini semua, kita tidak bisa tutup mata, atas kekurangan-kekurangan yang terlihat nyata, seperti seseorang yang berupaya keras menimbulkan sugesti bahwa kakinya tidak basah padahal dia berada di dalam sungai.
Berbicara mengenai perbaikan sitem daerah, maka tidak lepas dari dua komponen, pertama: Merubah peraturan yang menguntungkan bagi kelompok tertentu. dan menjalankan Misi positif Daerah Bungo, terutama, poin ke-4 yaitu, Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bungo yang beriman, bertaqwa dan Berbudaya. Kedua : Memanfaatkan momen PILKADA sebagai langkah awal menuju perubahan, sebab keberhasilan sebuah sistem dalam tatanan kepemerintahan, tergantung kepada pemimpin, dan pemimpin yang ideal bukan terletak pada eksistensinya sebagai seorang yang diakui statusnya saja, namun lebih dari itu, professional dalam berfikir dan bertindak. Dalam hal ini Rasulullah Saw adalah manusia terbaik untuk ditiru oleh setiap pemimpin. Bagian terpenting dalam kepemimpinan dan oknum yang bertugas dalam PEMDA, adalah sifat jujur.
Saat ini di mana-mana banyak lembaga pendidikan yang telah berkiprah dalam dunia akademis, guna menelurkan orang-orang yang cerdas akalnya, dan bisa dijadikan sebagai pemimpin, namun jika dilihat kembali secara teliti, meski demikian mereka lemah spiritual dan memiliki kepribadian yang keropos. Adakah rakyat mau memilih pemimpin yang cerdas namun penipu? Pada dasarnya,bencana sistem yang menimpa Daerah kita ini bermula dari kepribadian oknum yang tidak Islami, mari kita berlogika untuk menemukan kunci jawaban ungkapan ini, seseorang yang tidak memiliki kepribadian yang Islami akan berani melakukan hal di luar jalur, sebab, ia merasa perbuatan yang dilakukan akan mendapat imbas jika ada banyak bukti yang bisa membuka kejahatannya, jadi selama ia cermat dalam berbuat dan tidak ada orang yang melihat, maka selama rakyat memandang percaya, selama itu pula ia kan berbuat seperti yang diinginkan.
Lain halnya dengan sesorang yang memiliki kepribadian Islami, dia tahu bahwa sekecil apapun kegiatannya Malaikat kiri dan dan kanan tidak pernah absen unrtuk mencatat, meskipun ada kesempatan. Dan kehebatan akhlaknya bukan hanya sebatas kejujuran saja, lebih dari itu, dia akan mengharapkan segala kinerjanya diberi ganjaran oleh Allah, sebab ia bekerja bukan untuk dirinya, bukan untuk keluarganya, bukan untuk rakyatnya, tetapi untuk Allah yang telah menurunkan “mandat” agar berbuat jujur dan amanah.
Praktek lapangan dengan jelas memaparkan kepada kita bahwa,kejujuran berada di atas professinalisme, sebab ketidakpandaian seorang pemimpin bisa dilengkapi oleh bawahan, tetapi kejujuran tidak bisa diwakilkan. Inilah mengapa Michael H Hart dalam buku ‘The 100, A Ranking of the Most Influential Persons In History,’ New York, 1978 menempatkan Nabi Muhammad dalam urutan pertama 100 orang paling berpengaruh di dunia mengalahkan Isa, Newton, dan Paulus.
Ditulis oleh : Abdurrahman Yusak (Mahasiswa Al-Azhar Kairo-Mesir Fak.Bahasa Arab Tingkat akhir)
Nice blog.... postingan2-nya sungguh menyentuh hati