Taqwa Al-Faruuq : Spirit Si Pembeda…
Ya, kadang apa yang terlihat menjadi dasar awal untuk memberikan penilaian. Kalimat “Orang berdasi” saja, seolah menuntut akal kita untuk berfikir banyak tentang hal keduniaan. Kondisi lingkungan sangat berperan dalam mempengaruhi cara pandang tentang segalanya. Tinggal di kawasan elit, mengelitik kemauan untuk bisa mensejajarkan status sosial. hidup di lingkungan mesjid, kebiasaan yang terjaga dalam sikap hidup dan menentukan arah.
Kadang seseorang yang tinggal di daerah lain, akan simpati ketika bertemu dengan orang yang satu daerah dengannya. Dua orang yang berasal dari satu kabupaten akan mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ketika bertemu di daerah tingkat Provinsi. Masyarakat yang berasal dari satu Provinsi akan saling memperhatikan ketika menjadi komunitas terkumpul di Provinsi lain, seterusnya dan seterusnya.
Terlalu dangkal untuk penulis meninjau aspek pemersatu dalam tulisan ini. Namun yang pasti teori yang suci untuk mempersatukan hati, hanya berasal dari agama. Sebab jika subjek yang sedang bermain di pentas dunia adalah agama, maka keyakinan adalah standarnya. Allah mengeluarkan titah agar dikerjakan oleh para hamba-Nya :
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian degan tali Allah, dan janganlah bercerai berai”.
Jika benang merahnya adalah keyakinan (Akidah), maka cakupan persatuan itu sangat luaaasss sekali. Dan kekuatan benangnyapun terletak pada posisi “darajah uula”. Dan Islampun tidak tersekat di antara dinding mazdhab, kelompok, kabilah, firqah, dll, dll. Oleh karena itu MASISIR yang terdiri dari masyarakat majemuk akan bertemu pada satu titik yang sama. Hilanglah simpati yang didasri oleh RT, RW, Camat, Kabupaten, Provinsi, Negara. Motto umat Islam yang sedang diadu domba seperti sekarang ini di Indonesia, ataupun rakyat Indonesia di manapun adalah “ANTA MUSLIM, ANTA AKHI”
Ditulis oleh : Abdurrahman Yusak